“Kebanyakan keris yang ada di sini adalah keris pada era Majapahit. Keris pada era Majapahit ini adalah keris yang budho atau keris yang berukuran besar,” imbuhnya. Bahan dasar untuk membuat keris ini juga berbeda-beda, ada yang terbuat dari batu meteor, baja, dan besi. Berbeda dengan keris-keris hiasan yang biasanya dijual di pasar. Untuk pembuatan keris yang bagus itu memakan waktu hingga bertahun-tahun untuk pembuatannya. “Kalau keris yang dijual di pasaran untuk hiasan dan pengantin sih dalam sehari bisa lima” tukasnya. Biasanya orang-orang membeli keris dengan beberapa patokan, yaitu tangguh (buatan mana dan pada jaman apa), sepuh (bertuah), dan utuh (sempurna). Untuk perawatannya pun ada cara tersendirinya. Keris harus dibersihkan dalam 1 suro atau dalam kalnderisasi Jawa, dan dicuci menggunakan air kelapa muda. Untuk harga, bandrol yang ditawarkan berbeda-beda. Harga sebuah keris dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari pamornya atau motifnya, sepuhnya atau khasiat dan kemampuannya, dan umurnya atau era pembuatan keris tersebut. Tidak ada patokan harga pasti untuk keris yang dijual disini, harga yang diberikan tergantung dari nilai yang diberikan sendiri oleh pembeli, kemudian jika pihak penjual setuju makan akan dijual. Keris yang paling murah yang terjual disini seharga Rp 15 juta dan yang paling mahal yang pernah djual adalah Rp 30 juta. “Kalau mau yang lebih mahal ada kok, ada yang harganya sampai milyaran rupiah” ungkap jhon kembali. Para pembeli keris ini bukan hanya dari dalam negeri tapi ada juga yang berasal dar luar negeri. Yang dari dalam negeri biasanya berasal dari Jakarta dan Surabaya. Sedangkan untuk para pembeli yang berasal dari luar negeri, biasanya mereka berasal dari Malaysia dan Brunei.